Azis Syamsuddin Pimpin Delegasi DPR RI ke Pertemuan Inter-Parliamentary Union
Asosiasi pedagang daging sapi di Jabodetabek melakukan aksi mogok berjualan selama tiga hari akibat kenaikan harga daging sapi di rumah pemotongan hewan.
Harga daging sapi sekitar 130 Ribu Rupiah per kilogramnya dianggap terlalu tinggi untuk dijual kembali.
Menanggapi aksi tersebut, Anggota Komisi IV Firman Soebagyo menilai apa yang dilakukan para pedagang sebenarnya tidak relevan, mengingat situasi saat ini di tengah pandemi Covid-19 memang membuat banyak orang memprioritaskan untuk membeli kebutuhan lain yang lebih penting.
Pembatasan kegiatan rumah makan dan pariwisata selama pandemi, juga turut berimbas kepada permintaan daging sapi di pasaran.
Lebih jauh, Firman yang sudah empat periode berada di komisi IV yang menangani komiditi strategis ini mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai adanya mafia-mafia yang memanfaatkan para pedagang untuk mogok, dengan harapan pemerintah akan mengeluarkan kuota impor.
“Pemerintah harus waspada kepada pihak-pihak yang ingin mendesign seolah-olah terjadi gejolak harga daging, kemudian pemerintah didesak untuk mengeluarkan kuota impor daging. Padahal tidak terjadi masalah apa-apa”, jelas Firman.
Dalam wawancara dengan radio elshinta, firman mengatakan justru saat harga naik seperti ini menjadi momentum bagi para peternak lokal untuk menikmati harga penjualan yang bagus.
Jika kuota impor dibuka, yang akan menikmati hanyalah importir dan ekportir luar negeri. Karena peternak lokal tidak akan mampu bersaing dengan harga daging impor.
“Kalau pemerintah tidak mengeluarkan izin impor, biarkan peternak lokal menikmati harga jual tinggi, kapan lagi peternak lokal menikmati keuntungan”, tegas Firman.