Azis Syamsuddin Pimpin Delegasi DPR RI ke Pertemuan Inter-Parliamentary Union
Jakarta – Anggota DPR dari Fraksi Golkar, Puteri Komarudin, bicara tentang komisi yang ingin diincarnya. Anggota dewan berusia 26 tahun ini mengaku ingin mendapat tugas di Komisi XI.
Puteri awalnya bicara tentang perjuangannya melenggang ke Senayan. Dia mengatakan sebagai perempuan, perjuangan menjadi politikus lebih berat sehingga dirinya tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan rakyat yang diberikan padanya.
“Aku sudah perempuan, muda, dipandangnya lebih dua kali lipat lebih rendah lagi, karena itu kita-kita bekerja lebih keras, bekerja dua kali lipat, jadi kita mengambil segmen yang selama ini terluput dari kandidat lain karena mereka banyak yang senior,” kata Puteri saat berbincang dengan detikcom di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Salah satu yang ingin dilakukan Puteri setelah duduk di DPR adalah mengimplementasikan ilmu keuangan yang dikuasainya. Oleh sebab itu, dia mengaku ingin duduk di Komisi XI.
“Aku ingin di Komisi XI. Karena aku kan dulu di OJK. Terus aku bidang studinya dulu di ekonomi keuangan di Melbourne University,” ujarnya.
Di Komisi XI, Puteri mengatakan ingin mendorong RUU yang mengatur soal rentenir. Sebab, selama ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur soal praktik rentenir.
Padahal, kata dia, rentenir merupakan masalah yang ada di setiap daerah yang kerap menyasar masyarakat terutama perempuan. Dia membuat orang-orang yang menggunakan jasa rentenir kerap tidak bisa membayar bahkan hingga diusir dari rumah.
“Itu masalah yang ada di setiap daerah, aku yakin di seluruh Indonesia ada cuma memang belum ada jalur hukumnya. Karena mereka belum punya banyak akses ke produk keuangan yang legal, mereka tidak punya agunan untuk dijual ke bank yang legal, akhirnya mereka ambil jalan pintas. Sementara rentenir itu charge-nya 30 persen per minggu jadi banyak warga yang tidak bisa bayar, diusir dari rumah sama suaminya gitu,” tutur Puteri.
“Jadi hal-hal seperti itu ingin aku dorong di Komisi XI supaya Komisi XI juga lebih sensitif terhadap gender, karena yang disasar oleh Bank rentenir itu adalah perempuan, karena perempuan itu korban paling empuk lah. Karena selain mereka pengetahuannya rendah, mereka juga gampang tergiur dengan tawaran seperti itu, dan biasanya rentenir sistemnya jemput bola jadi mereka tidak menunggu didatangin, mereka datangin sampai ke desa-desa yang paling terpencil sekalipun,” sambung dia.
Tak hanya soal rentenir, Puteri juga ingin mendorong peraturan soal fintech. Menurutnya, banyak jasa keuangan di era digital itu yang juga menyisakan banyak permasalahan.
“Fintech sudah banyak kan dari online, kalian pasti sering mendapatkan SMS yang nawarin fintech, padahal itu kan nomor pribadi kita tapi dijual-jualin sama provider kita, itu kan jadi masalah. Kita mau dorong isu-isu kaya pengunaan data nasabah oleh perusahaan fintech yang ilegal, kan itu meresahkan warga juga, banyak yang jadi korban,” kata Puteri.
Tak hanya di DPR, karir politik Puteri di partainya juga terbilang mulus. Dia sekarang menduduki Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan di DPP Golkar. Sebagai Ketua DPP, Puteri pun ingin mengakomodasi perempuan-perempuan berprestasi untuk berkiprah di Golkar.
“Target aku sebenarnya untuk mengakomodir perempuan yang berprestasi dan juga memiliki kapasitas untuk bertarung di Golkar baik di legislatif dan eksekutif. Karena Golkar banyak kader perempuan yang hebat, cuma kita butuh ruang gerak lebih dan juga dorongan untuk mengisi posisi strategis gitu,” ujarnya.
Tak Masalah Dibayangi Nama Besar Sang Ayah
Nama Puteri memang tak bisa dilepaskan dari nama besar sang ayah Ade Komarudin (Akom) yang merupakan mantan Ketua DPR. Puteri pun mengaku tak masalah. Dia mengatakan sejak kecil telah terbiasa dikaitkan dengan nama besar sang ayah yang merupakan Politikus Senior Golkar.
“Jadi dari kecil emang aku udah terbiasa dikaitin papah, cuma yang aku pegang adalah yaudah kita berusaha lebih keras aja lagi kalau. Dan pas waktu kampanye itu banyak orang bilang ini pasti ikut campur papanya, faktanya ayah saya di rumah, sakit, dan megang hp aja nggak bisa gitu gimana mau campurin urusan anaknya. Jadi buat aku sesuatu yang jadi opportunity dan semangat aja untuk bekerja lebih keras lagi. Untuk membuktikan bahwa aku tidak hanya menempel nama besar ayah,” tutur Puteri.
Puteri mengatakan, yang terpenting adalah dirinya memiliki visi misi sebagai wakil rakyat. Dia memiliki isu-isu penting yang ingin diperjuangkan yang berbeda dengan isu yang ayahnya perjuangkan selama ini.
“Aku di sini ingin melanjutkan perjuangan beliau di dapil kami, dan juga aku punya isu-isu yang aku perjuangkan sendiri dan berbeda dari isu-isu yang beliau perjuangkan. Jadi urusan dikait-kaitin sama papa yaudah lah. Karena emang anak pejabat di Indonesia dibilangnya kan cuma bisa malas-malasan dan lain-lain. Aku percaya aku sebagai perempuan, aku anak tunggal aku anak pejabat itu dipandang paling rendah, justru dengan itu semua aku membuktikan bahwa itu tidak benar,” kata dia.
Lebih lanjut, Puteri mengatakan selalu ingat petuah dan nasehat-nasehat sang ayah. Bahwa sebagai wakil rakyat dirinya harus menjadi orang yang mementingkan kepentingan masyarakat.
“Papa aku selalu bilang, Indonesia tidak kekurangan orang pintar. Indonesia cuma kekurangan orang baik, jadi kalau kamu bisa jadi orang baik yang pintar, mengabdilah selama yang kamu mampu. Papaku selalu bilang kalau kamu sudah mengabdikan diri kepada masyarakat kamu sudah tidak boleh egois. Karena kepentingan masyarakat harus di atas kepentingan kamu,” pungkas Puteri.
Detik