Breaking News :

Ridwan Hisjam dan Partai Golkar

 

Ketika bertemu dan ngobrol gayeng selama berjam-jam dengan Ridwan Hisjam (pimpinan Komisi VII DPR RI) akhir bulan lalu, saya mengawalinya dengan dua pertanyaan ini:

Mengapa dia masih betah menjadi politisi (sejak 1997)?

Mengapa dia masih loyal dengan Golkar, ketika teman-temannya banyak yang pindah partai?

Ridwan memang sosok yang sangat kental dengan organisasi. Alumni ITS jurusan Teknik Kelautan itu sejak 1992–1995 sudah menjadi Ketua Umum HIPMI Jawa Timur. Kiprahnya sebagai developer mengantarnya menjadi Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur (1996–1999). Saat itu umurnya belum 40 tahun.

Sebagai politisi, dia nyaris tak pernah gagal masuk parlemen setiap kali pemilu. Tapi, yang agak unik, setiap kali maju pilkada dia selalu kalah. Dia pernah menjadi calon wakil gubernur Jatim ketika gubernur masih dipilih DPRD pada 2003 berpasangan dengan Abdul Kahfi. Pasangan ini kalah. Lima tahun kemudian, Ridwan kembali digandeng menjadi cawagub untuk Sutjipto (alm). Pasangan ini juga kalah. ”Tapi, meski saya kalah, tapi saya tidak rugi. Malah untung,” ujarnya sambil tergelak.

Sejak 1997, Ridwan sudah masuk parlemen dengan menjadi anggota DPR mewakili utusan daerah. ”Padahal saat itu, yang memilih anggota DPR dari utusan daerah adalah Presiden Soeharto sendiri,” katanya. ”Saat itu saya menjadi anggota DPR termuda,” cerita pria kelahiran 60 tahun lalu ini.

Sejak 1997, setiap kali pemilu untuk berikutnya, Ridwan selalu lolos masuk parlemen mewakili Partai Golkar. Dan dia selalu berangkat dari Dapil Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu). Bagaimana bisa selalu lolos? ”Kuncinya sederhana. Banyak teman, dan rajin-rajin bersilaturahmi,” itu jawabannya.

Ternyata, rajin silaturahmi inilah yang menjadi salah satu kunci sukses Ridwan dalam berpolitik. Ketika menjadi Ketua DPD Golkar Jatim, selain saat itu menjadi Ketua termuda untuk DPD Golkar tingkat provinsi, Ridwan juga sukses mendongkrak jumlah kursi partainya di DPRD Jatim menjadi 15 kursi. Padahal, saat itu, ketika Ridwan memimpin DPD Golkar (2000–2004), partainya sedang menjadi bulan-bulanan di Jatim. Puncaknya, pada 2001, kantor DPD Golkar Jatim di Jl A. Yani dibakar massa yang kecewa akibat Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diturunkan. Dan rakyat Jatim saat itu marah, menganggap Golkar berada di balik lengsernya Gus Dur.

Usai insiden itu, Ridwan lebih rajin lagi turun ke daerah-daerah di Jatim. Terutama mengunjungi kantong-kantong pendukung Gus Dur di Jatim. Termasuk mendatangi tokoh-tokoh kuncinya.”Bahkan, saya beberapa kali bertemu dengan Gus Dur. Sayalah yang ikut pertemuan antara Gus Dur dengan Pak Akbar Tanjung (waktu itu Ketua Umum DPP Partai Golkar) pada 2003, pasca insiden pembakaran kantor Golkar di sejumlah daerah.”

Silaturahmi Ridwan membuahkan perolehan suara Partai Golkar di Jatim yang naik hingga menghasilkan 15 kursi pada Pemilu 2004.

Dengan berbagai macam insiden selama berkarir di politik, mengapa Ridwan masih betah menjadi politisi? ”Saya menganggap keberadaan saya di dunia politik adalah hobi. Karena hobi, saya menikmatinya dengan segala kerumitan dan masalahnya. Saya tak pernah menganggap dunia politik sebagai pekerjaan. Pekerjaan saya tetap sebagai pengusaha. Sampai sekarang. Dalam politik, terpenting harus ada kemandirian,” ujar pria yang punya beberapa perusahaan di bidang properti ini.

Ditanya soal loyalitasnya terhadap Golkar sampai sekarang, Ridwan beralasan, itu karena dia tahu betul tentang sejarah Golkar. Dan sejak muda, Ridwan sudah aktif di ormas kepemudaan yang berafiliasi ke Golkar. ”Golkar itu menurut sejarahnya, adalah satu-satunya partai yang ada sampai sekarang, yang dibentuk oleh pemerintah. Karena itu, Golkar tidak pernah diajari untuk melawan pemerintah. Sebaliknya, diajari untuk menjaga pemerintah,” katanya. Karena itu, dalam sejarahnya, Golkar tidak pernah menjadi partai oposisi. ”Dalam berpolitik, saya lebih tertarik membantu dan menjaga pemerintah, ketimbang menjadi oposisi terhadap pemerintah.”

Pembaca, sengaja tulisan saya kali ini mengangkat tema tentang sepak terjang Ridwan Hisjam, politisi Golkar yang sudah cukup lama malang-melintang di jagat perpolitikan tanah air. Bukan tanpa alasan saya memilih sosok Ridwan Hisjam. Setidaknya, dari dia, para politisi bisa becermin tentang bagaimana seharusnya berpolitik itu. Dari dia, setidaknya para politisi bisa becermin, apa arti sebuah loyalitas dalam berpolitik. Dan dari dia, setidaknya para politisi bisa becermin, tentang arti sebuah kemandirian ekonomi dalam berpolitik. Walakhir, semoga tulisan ini bermanfaat. (kritik dan saran: ibnuisrofam@gmail.com/IG: kum_jp)

Radarmalang

0 Reviews

Write a Review

Read Previous

Social Media untuk Politisi

Read Next

Komisi I DPR Kunjungi Kantor Facebook Bahas Hoax-Ujaran Kebencian